Bukan pertama kali, sehingga ada rasa takut untuk bertindak dan berbicara. Social anxiety? Tidak tahu. Kata yang terlontar saja sudah dianggap kesalahan, dalam kebingungan. Betul memang Tuhan tempat mengadu, tapi manusia jangan dipaksa sendiri. Rasanya aneh, dahulu ramai dengan pergaulan, sekarang hari – hari hanya dengan diri saja. Mengunyah makanan sendiri menatap obrolan orang lain. Berkendara sendiri dengan padahal lalu lintas padat dan ramai. Orang berusaha ramah dianggap banyak omong, yang cuek dan enggan bicara dianggap perilaku strata tinggi.
Tapi, bahkan kata – kata ini saja sudah pasti salah, manusia tempatnya salah. Tapi pernahkah merasa bahwa kita tidak pernah berbuat yang benar? Selalu salah? Bukan penghakiman orang lain. Pada akhirnya saat kita akan melakukan aksi, otak kita merasa khawatir bahwa ini pasti sebuah kesalahan. Kita sampai di waktu dimana sahabat tidak ada lagi. Masing – masing dari kita tenggelam dalam kesibukan sendiri. Rumah seperti tempat singgah saja, tapi memang begitu. Dunia ini pun sementara saja bukan.
Ini hari – hari dimana, perasaan berkata "tugasmu hanya bertahan tetap waras, paling tidak hingga kamu mati" mungkin 30 tahun lagi, atau 20 tahun lagi, atau 10 tahun lagi, atau satu tahun lagi? Tidak lama. Aku sedang berusaha tetap waras, tetap lurus. Karena jika di dunia saja sudah tidak bahagia? Bagaimana aku mampu sengsara di waktu yang jauh lebih lama lagi setelah hidup kembali?