Selasa, 05 Januari 2010

Berpikir Positif - Teman Episode satu

Hai, gw biasa memanggil diri gw sendiri dwiki. Sekarang gw kuliah semester tujuh di unversitas Pakuan Bogor. Yang lagi sibuk gw kerjain sekarang Cuma ngurusin skripsi gw yang udah mulai gw susun. Gw seneng banget baca buku, karena dengan buku gw bisa berimajinasi lebih baik dari kenyataan yang ada, ya awalnya gw ngerasa kalau hidup tuh gak adil buat gw. Tapi sejak gw mulai baca buku “who will cry when you die” gw berubah pikiran. Si penulis Mr Robin Sharma, udah berhasil mempengaruhi pikiran gw untuk selalu berpikir positif. Iya, positif.

Gw juga kerja paruh waktu di salah satu bank swasta. Beruntung banget bukan gw? Ya, gw pun merasa begitu. Kerjanya juga mudah, gw cuma tunggu perintah teller untuk fotokopi KTP nasabah. Luar biasa baik hatinya memang, mereka menempatkan gw di posisi yang ringan, yang sungguh buat gw berdedikasi. Mereka bilang Cuma gw yang pantas dipekerjakan untuk mengoperasikan mesin paling mahal disana, mesin fotokopi. Wuih senengnya.

Gw tinggal di kostan deket kampus. Cuma sekitar 5 menit dari gerbang kampus. Di kostan gw tinggal juga 4 orang perempuan selain gw dan mereka sekelas ama gw. Gw Cuma cari kostan yang ada dapurnya sendiri, ternyata Cuma disini, di kostan yang udah lama gw tinggali sejak 3 tahun lalu. Temen kostan gw tuh paling pengertian, gw yakin mereka pasti menganggap gw sebagai teman dekat. Buktinya mereka selalu ngerumunin gw saat Mata Kuliah Penganggaran dan Studi Kelayakan Bisnis, saat itu gw satu – satunya mahasiswa yang gak harus mengulang UTS mata kuliah tersebut, sedangkan mereka nilainya agak sedikit kurang memuaskan. Dan mungkin supaya gw lebih percaya diri, mereka memilih hasil ujian gw untuk perbandingan dengan yang mereka punya. Begitu juga jika ada tugas, mereka selalu ajak gw gabung. Biasanya gw yang ngetik dan mereka menghibur gw dengan saling mengobrol kesana kemari dan membiarkan gw ngetik. Atau jika gw butuh keheningan, mereka ngerti banget, mereka akan ninggalin gw untuk tidur dan gw bisa terusin kerjaan gw ngerjain tugas gw dan mereka. Kalo saat bermain, saat itu pula mereka berusaha ngasih waktu gw untuk sendiri. Mereka gak pernah memaksa gw untuk ikut, bahkan mereka gak pernah ajak gw. Mereka tahu kalo mereka udah terlalu sering temenin gw, jadi mereka gak kabarin gw kalo main keluar supaya gw bisa sendiri di kostan. Mereka memang luar biasa, teman yang pengertian.

Temen temen gw orang yang beruntung, mereka banyak diberi kelebihan oleh Tuhan. Yang pertama namanya Nurlita, biasa dipanggil Nurli. Dia punya bibir bawah lebih tebal dari yang lain. Kadang gw kasih saran ke dia untuk selalu mengikat keranjang di perutnya, supaya kalo bibirnya jatuh, dia gak perlu repot untuk cari kemana2, dan dia Cuma menjawab “Sialan loe ki!”, pikir gw mungkin sialan itu kata lain untuk terima kasih. Dia juga memiliki badan lebih pendek dari yang lain. Mungkin sekitar 140 – 145cm. Dia juga sering bikin orang lain tertawa, saat dia memaksa seorang agensi agar dia dijadikan model fashion, agensi itu tertawa terbahak – bahak hingga menangis sambil menunjuk ke arahnya, dan setelah itu dia pasti akan menangis sambil menjatuhkan diri ke tempat tidur, gw rasa dia terharu atas sikap baik yang udah dia lakukan. Dia memang seorang yang tulus menghibur. Tuhan memberkatimu li.

Yang kedua namanya Nur Aini, biasa dipanggil Nurni. Seperti kembar memang dengan Nurli, tapi bukan mereka tidak punya hubungan darah, kalo hubungan badan gw rasa mereka pernah. Gw juga mikir kalo orang tua Nurni tuh luar biasa, kata ‘Nur’ pasti diambil dari bahasa arab yang artinya ‘Cahaya’, sedangkan kata ‘Aini’ dari kata ‘Wo Ai Ni’ Bahasa Cina yang artinya ‘Aku cinta kamu’ jadi arti ‘Nur Aini’ itu sendiri pasti artinya ‘Cahaya cinta kamu’ karena hal itu memang terbukti, cahaya memang mencintainya, buktinya cahaya selalu terlihat di jidatnya. Ya, itulah kelebihan Nurni, dia memiliki jidat lebih luas dari orang lain. Mungkin cukup untuk menulis kata pengantar skripsi dengan ukuran font 14 di jidatnya. Sayang sekali dia tidak bercita – cita menjadi fotografer. Padahal cahaya jidatnya bisa cukup terang untuk menggantikan Lampu Blitz kamera. Ya tak apalah, Nurni lebih mengerti dengan apa yang harus dia lakukan dengan kelebihannya.

Yang ketiga namanya Wati. Dia adalah orang yang paling sering gw puji karena kelebihannya. Dia lebih berat dari kita semua, dan mungkin lebih berat dari berat badan gw dan ketiga teman gw jika digabungkan. Dia juga memiliki wajah lebih lebar dari orang lain. Nih ya, kalau kita buka lebar telapak tangan kita dan menggabungkannya, itu bahkan gak cukup untuk menutupi semua wajahnya. Dia rajin banget foto wajahnya sendiri, gw pikir dia pasti sering main ke Lembang bandung, karena Cuma lensa teropong bintang yang sanggup memuat wajahnya, tapi dia bilang, dia Cuma pake hape kamera miliknya kok, hm gw salah mengira kali ini. Dia juga beruntung, jerawat jadi punya tempat lebih di wajahnya. Iya, dia punya lebih banyak jerawat dari kita. Gw rasa dia harus jadi tukang siomay, karena jerawatnya cukup untuk menggantikan sambal kacang yang memakan biaya. Dia juga punya kepercayaan diri lebih dari kita, dia selalu pakai baju ketat walau lemak perutnya menyembul keluar seperti kue muffin. Soal percaya diri, dia patut jadi teladan. Gw bangga am loe wat!

Yang terakhir biasa dipanggil Onah. Nama panjangnya Siti Marqonah, dia lebih luar biasa lagi, di zaman serba modern ini masih ada juga nama seperti dia, dia memang seorang yang berbeda dan langka. Dia seorang keturunan Arab, tapi dia punya kelebihan daripada orang – orang Arab pada umumnya. Ya, hidungnya lebih pesek daripada orang arab lain. Luar biasa memang, dia memang terlahir sebagai seorang yang berbeda, suatu saat dia pasti membawa perubahan, perubahan stigma kalau orang Arab tuh pasti mancung,dan dia nggak! Laf yu pul deh Onah.

Mereka juga beruntung soal materi, mereka selalu dapat banyak kiriman dari orang tua mereka. Jadi gak harus kerja kayak gw, mereka juga pinter, sering banget mereka nitip absen tapi gak ketahuan, pinter ngeles. Bahkan walau jarang belajar, nilai mereka bagus – bagus. Klo seandainya mereka melihat kertas jawaban orang lain saat ujian, mereka Cuma memastikan jawaban mereka benar atau tidak. Hm..

Sedangkan gw? Temen gw bilang gw pasti punya lebih banyak dosa karena lebih banyak ngatain orang. Cuma itu aja kelebihan gw, gw pinter banget melihat apa kelebihan yang orang lain punya.

Hari ini mata kuliah dosen tua, dia juga seorang pembantu dekan. Gw lapar banget klo liat dia, wajahnya persis Bondan Winarno yang bawain acara wisata kuliner. Tinggal bilang “mak nyos!” pasti menang di acara the promotor. Hari ini juga dia kasih tugas lagi, kali ini menghitung nilai perusahaan sebagai studi kelayakan bisnis untuk 20 tahun ke depan, huh banyak banget sih boss. Tapi seperti buku bilang, mengeluh sebelum mengerjakan apa – apa sama dengan mundur dari start 50m untuk sebuah perlombaan.

To Be Continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar