
"This job slowly kills me, bruises that wont heal" - radiohead "No Suprises"
No no no.. stop mengeluh! itu hanyalah petikan lagu tentang bagaimana seseorang yang sedikit tertekan dengan rutinitas yang melandanya. Saya? sedikit memar otak mungkin..hehe. Sudah empat tahun lebih ini saya tidak mengenal yang namanya hari minggu. Sebetulnya yang paling membuat pusing adalah saat pulang kerja, sesampainya di rumah badan lelah tetapi enggan tidur. Karena tidur hanya membuat waktu lebih cepat untuk berangkat bekerja esok paginya.
Rutinitas yang mencekik leher sementara ini tidaklah terlalu buruk, setidaknya itu masih menjadi satu - satunya jalan untuk survive di tempat fana ini. Tapi masalahnya adalah rasa rindu yang melanda kepada orang - orang yang saya rindukan. Semua orang yang pernah saya kenal, semuanya, tanpa terkecuali.
Buruk rasanya jika hanya bisa berkumpul dengan ayah dan ibumu saat kau menjelang tidur dan bangun tidur, bertemu dengan tetanggamu seminggu sekali, dengan kawan dekatmu sebulan sekali, bahkan setahun sekali bertemu dengan sepupumu saat hari raya!
Saya pernah memiliki guru agama, beliau mengajarkan saya dari mulai akhlak hingga masalah hadits sebagai pemecahan masalah. Saat sedang polos - polosnya saya pernah bertanya padanya, "pak ustad. Al Quran kan diciptakan sebelum manusia diciptakan, berarti Firaun dan Abu Jahal sudah ditakdirkan sebagai penjahat donk?". Begini jawaban beliau dengan melampirkan senyum dan tutur kata halus, "Allah selalu serahkan keputusan ya atau tidak kepada hambanya. Ibarat kalkulator, Allah sudah tetapkan bahwa 2 x 2 = 4, 2 x 3 = 6, tapi tetap kita yang memiliki keputusan untuk menekan tombol pada kalkulator. Lagipula Dika, Allah ciptakan akal kita untuk hal hal yang kongkrit, beberapa hal tidak logis hanya untuk menguji kesetiaan kita sebagai hambanya. Akal manusia tidak bisa mencapai bagaimana singgasana Allah dan sistematika Dia mengatur makhluknya, karena itu ada Agama, pedoman kita di atas akal agar tetap di jalan yang lurus". Beliau akhiri kalimatnya dengan senyum. Saya hanya bisa mengangguk hari itu kemudian mengerti hari ini.
Beliau dipanggil Allah SWT pada tanggal 10 Februari 2011, meninggalkan satu istri dan empat anaknya di Indonesia serta satu anak yang paling tua di Mesir. Saya sangat mengagumi ilmunya, tawanya, dan ketegasannya yang benar - benar khas seorang pemuka agama. Bagaimana ramahnya beliau saat ucapkan salam dan menjabat tangan saya saat kami sama - sama berjalan ke mesjid untuk sholat shubuh juga marahnya yang hanya diam jika saya melakukan ibadah tidak seharusnya. Allah telah panggil beliau, seorang yang menghambakan diri untuk Tuhannya. Bahkan karena kesibukan saya untuk dunia, saya tidak bisa melihat wajah teduhnya sebelum dimakamkan. Saat dimana saya sudah mulai kesulitan bangun subuh untuk bisa bertemu di Masjid tempat kami biasa bertemu, saat saya sudah mulai tidak menyempatkan waktu belajar kepadanya untuk beberapa hal agama yang beliau kuasai, saat dimana saya sudah lupa dengan beliau, beliau pergi untuk selamanya dan berita akan kepergiannya lah yang mengingatkan saya kembali.
Sungguh satu hal yang saya rindukan, sebuah silaturahim kepada tiap - tiap manusia yang saya kenal, bahkan mungkin yang tidak saya kenal. Satu hal yang sederhana namun menebarkan cinta kasih, ramah tamah, keakraban, rezeki, kebaikan, dan memanjangkan umur. Satu hal, yang diberikan Tuhan kepada hambaNya untuk mengobati kesepian.
"most people commit suicide when they live their life and problems alone"