Rabu, 09 Februari 2011

Blast From The Past


Sedikit membuka cerita lama tentang hidup saya. Sekarang ini saya bisa tersenyum sembari menggerakan jari di atas papan kunci komputer, dulu rasa sakit akan cerita ini bisa membuat saya termenung melamun tanpa makan seharian. hehe.

Seorang wanita mengirimkan SMS bernuansa patah hati. Saya masih ingat nomor teleponnya walau kontaknya tidak saya simpan di ponsel saya. Saya baca sampai habis, tapi tidak saya balas. Saya pikir itu cuma emosi dia yang entah sampai kapan dia bisa tahan. Saya tidak percaya dengan perkataan orang tentang cinta, apalagi dari seorang yang tidak ada hubungan kekerabatan dan sudah jarang sekali bertegur sapa dengan saya.

Dulu saya dianggap seorang yang over protective kepada pacar saya . Pacar saya pada saat itu (baca : mantan pacar) terpaksa harus kerja di luar kota, otomatis keadaan kita menjadi LDR (Long Distance Relationship). Awalnya dia masih rutin menghubungi saya, seminggu, dua minggu, tiga minggu, dan di minggu ke empat dia sudah jarang sekali SMS. Saya yang hanya menanyakan keadaannya dan memintanya mengabari jika dia terpaksa pulang atau berangkat kerja awal waktu dianggapnya terlalu mengatur. Sampai pada suatu saat kami bertengkar, dan dia meminta putus. Dapat dikatakan hati saya hancur saat itu, dunia terasa sempit, langit runtuh, dan saya kehilangan semangat. Namun saya dan dia masih berhubungan, saya masih rela mengantar - jemputnya ke luar kota dengan kendaraan umum dan kereta antar kota. Saya masih berharap banyak kepadanya, perasaan saya masih penuh terhadap dirinya, walaupun saya harus rela merasakan sesak di dada mengetahui dia dekat dengan laki - laki lain dan menghabiskan waktu dengan laki - laki lain di kota sana, dan meminta saya menjemputnya setiba dirinya di kota ini.

Saat itu tengah malam, saat dimana saya menyadari bahwa dia sudah resmi memiliki laki - laki lain sebagai pacarnya. Satu hal yang dapat membuat saya bertahan adalah karena kalimatnya ini "saya ingin fokus belajar daripada pacaran". Saya pikir masih ada harapan untuk saya bisa kembali bersamanya. Namun, saat mengetahui dia sudah memiliki laki - laki lain, semua kata - kata dia kepada saya, saya anggap omong kosong. Malam itu seperti sebuah titik klimaks yang menggugurkan kesedihan - kesedihan saya. Diri saya sejak itu sepenuhnya milik saya. Saya banyak menghabiskan waktu untuk kuliah dan mencari penghasilan kesana kemari. Saya sudah bisa secara penuh melupakan masa lalu saya. Keluarga yang tulus mengasihi saya dan pekerjaan saya sudah cukup mengambil perhatian saya. Singkat kata, patah hati pada episode itu selesai sudah.

Sudah dua tahun berlalu, mantan saya sudah dua kali pula gonta - ganti pacar. Saya masih ingat waktu itu seorang laki - laki yang mengaku mantannya (pacarnya yang pertama setelah putus dengan saya) mengirimi saya pesan pribadi seperti ini "ternyata si **** tuh brengsek, gw rela berpisah sama dia karena dia bilang cinta sama lu, nyatanya?! dia malah jadian sama cowok laen. emang brengsek tuh cewek" Saya tanggapi pesan dia dengan kata - kata menenangkan sekedarnya, mencoba memberi ketegaran kepada seseorang yang pernah merebut wanita yang pernah saya kasihi. Tak lama kemudian dia membalas, "makasih ya sob, ternyata lu orang baik". Dada ini rasanya sejuk sekali, ada tanggapan positif dari dia. Tak ada hal yang lebih indah selain bertambah teman, dan kesempitan dunia tercipta hanya jika kita memiliki musuh.

Selama dua tahun pula mantan saya yang pernah meninggalkan saya kembali berusaha mendekati saya. Saya ingat dua kalimat pertanyaan dia saat saya sudah secara penuh melupakan dia. pertama dia bertanya kira - kira seperti ini "masih adakah kesempatan untuk diriku kembali bersamamu?" tentu saja saya jawab "tidak". Kedua kali dia bertanya, "kak, (panggilannya kepadaku saat itu) kalau masih ada aku sedikit saja di hati kakak, beri aku lagi kesempatan" Jawaban saya saat itu "tidak ada".

SMS semalam yang berisi pujian kepada saya tidak saya gubris. Saya sudah mempersiapkan diri saya untuk hal yang lebih kongkrit, bermanfaat, dan tidak sia - sia. Toh saya menyadari, wanita yang sudah saya temukan sekarang adalah pantas untuk mendampingi saya. Saya sudah menaruh harapan kepada dirinya, sang wanita baru. Nama yang baru yang saya sebut dalam doa kepada Sang Maha Mendengar. Kawan saya disana, yang mengirimi pujian kepada saya. Ketahuilah, perasaan dan kepercayaan seperti kertas, sekali dia kusut, tidak akan pernah bisa kembali seperti semula. Belajarlah berpikir daripada mengandalkan emosi. Perasaan yang kamu punya, dimiliki juga oleh orang lain. Saya, hanya berusaha diingat sebagai seorang yang baik, hingga kamu dan saya tak sanggup lagi mengingat...sedikitpun..apapun.

"If a person died, nothing left in this world from him except - his virtue"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar